T@juK

Tampilkan postingan dengan label Refleksi Kehidupan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Refleksi Kehidupan. Tampilkan semua postingan

Minggu, 16 Juli 2023

Sajak-Sajak Pengharapan

 

"Sajak-sajak karya Meidy Yafeth Tinangon bertemakan tentang asa, atau harapan, atau pengharapan" 

1. Biarlah Asa Terus Mengalir

(MYT, Mei 2023)

Mengalir.
Biarlah asa mengalir.
Meskipun gerbang tertutup,
selalu ada jalan untuk sebuah asa tentang kebajikan.

Mengalir.
Biarlah asa tetap mengalir.
Meskipun kerikil dan batu menghadang,
selalu ada segenggam semangat di balik asa yang terjaga.

selengkapnya di Kompasiana (Klik di Sini)

===

2. Kuasa yang Membunuh Asa

(MYT, Mei 2023)

Istana, mahkota, dan senjata, gembira riang:
istana itu bukan sekedar tiang,
mahkota itu bukan sekedar lambang,
senjata itu bukan sekedar alat perang

Gembira riang! Mereka telah menang!
Mengalahkan sebuah cahaya terang
Menghapus wajah-wajah senang
Mengubah diri insan yang tenang

selengkapnya di Kompasiana (Klik di Sini)

===

3.  Selalu Ada Cahaya Asa 

(MYT, April 2020)

Menatap alam, merenung hidup: "tak ada yang pasti tentang esok" 
Hanya ada gambaran buram  tentang hidup yang tercedrai
Laut mengamuk gelombang mendera, awan hitam mendung durjana
Terik mentari membakar badan, kelam malam menutup pandang
Mahluk mikro mengurung tubuh, Corona bermahkota duri membawa bencana

Irama alam hempaskan tubuh insan penghuni bumi
Menusuk kalbu, merobek asa, membunuh semangat, membius nalar
Kapan semua akan berakhir ? Sepanjang hayat dikandung badan ?
Ah tidak ! Selalu ada cahaya asa dalam gelap paling kelam !

....

Selengkapnya di Kompasiana (Klik di Sini)

4. Semoga

(MYT, Mei 2023)

Semoga...
Gelap kan berganti benderang
Bintang-bintang kan menari riang
Mentari kan bersinar terang
Wajah-wajah kembali riang

Semoga...
Jejak-jejak membekas indah
Menghapus segala gundah
Jalan derita terlewati sudah
Jejak juang kan berakhir indah 

Selengkapnya di Kompasiana (Klik di Sini)

===

5. Kepergian, Kenangan dan Harapan

Tentang kepergian, seperti biasa, kau menyampaikan salam, mengecup mesra kening kekasih hatimu, lalu dia berkata: "Hati-hati di jalan." Engkau pun pergi, meninggalkan seberkas senyum penuh harapan, bergegas melangkahkan kaki, penuh sejuta semangat. Engkau biasanya, pergi untuk sebuah juang jejak kebajikan.

Tapi kepergianmu kini sungguh beda. Tak sempat kau memberikan kecupan, apalagi pesan. Tak ada langkah kaki yang penuh semangat mengejar impian. Engkau sedang berjuang melawan sakit di ragamu, lalu tetiba memejamkan mata, terbaring kaku, tanpa tarikan nafas, apalagi seuntai kata. Engkau pergi meninggalkan kefanaan dunia.

Selengkapnya di Kompasiana (Klik di Sini)








Senin, 27 Juli 2020

Corona oh Corona (2)

Kumpulan Puisi tentang dan di Masa Pandemi Covid-19

(1) Merindu Kurang 

"Covid prayer" || www.thenivbible.com 



Nikmatnya ketambahan, apalagi ketambahan itu beraroma positif
Semua yang positif adalah berkat, pikirku pada suatu masa sebelum masa kini 

Namun kini aku merindu kurang, bukan tambah
Mengapa?

Tambah menambah itu semakin membuat resah hati
Deret-deret angka yang tak diharap
Angka angka tentang jeritan anak manusia yang berlabel positif 

Tuhan,
Aku merindu kurang hari ini...
Kami merindu kurang, untuk selamat negeri kami
Kurangilah si mahluk super mikro itu
Jika pun ada angka biarlah angka nol

(2) Kekang Kepakan Sayapmu untuk Kita 

Kau dicipta dengan hak bebas, kehendak bebas
Guru filsafatku menyebutnya: "free will"
Bebas hidup, terbang kesana kemari menggauli angkasa
Nuranimu yang bebas adalah kompas untuk kepakmu

Kepakmu memang bebas berkepak,
mengangkat raga tinggi ke angkasa lalu melintasi segala benua
Tapi, bisakah sebulan ini saja kau kekang kepakan sayapmu?
Kekang bebasmu terbang sana sini 

Kau sudah tahu, pemangku kuasa
telah ingatkan,  bahaya jika kau terbang semaumu,
kau bisa terbunuh bukan oleh peluru,
tapi oleh mahluk tak berkepak,
yang terbang dari Wuhan menumpang kepak besi

Mahluk halus bukan setan itu, bisa menumpang di kepakmu,
mencari celah dalam ragamu tuk merasuk masuk
hingga hentikan detak jantungmu,
dan kepakmu tak berdaya lagi.... mati!

Atau jika bukan kau yang mati,
relakah kau membiarkan kekasih hati dan buah hatimu
jadi korban si mahluk supermikro?

Duhai kau yang bebas terbang kepakan sayapmu
Sudikah, dikau kekang kepakan sayapmu itu?
Agar kau, mereka dan aku..., kita....
bersama hentikan pandemi,
hingga kita bisa kepakan sayap bersama
terbang bebas tanpa pandemi

-----------------------------------

**Note:
      Kepak = sayap 
      Berkepak-kepak= mengibas-ngibaskan sayap
      (KBBI)


(3) Patuh dalam Bebas Normal Baru 

| ilustrasi || https://temporarylumps.com |


New normal adalah  gaya hidup dalam juang  di negeri pandemi
Gaya hidup baru dalam ancaman mahluk super mikro
Gaya hidup baru untuk tetap nikmati  anugerah Sang Khalik
Gaya hidup baru dalam kebebasan hidup
Gaya hidup baru dalam panduan kitab suci pandemi berisi ayat-ayat protokol 

Kau tetap bebas
Bebas dalam tarikan napas
Bebas mencinta
Bebas berucap
Bebas berjalan
Bebas berkarya
Bebas mengais rejeki
Bebas menjual
Bebas membeli 

Namun ...
Bebasmu itu harus kau kawinkan dalam ikatan cinta tulus
Harus kau kawinkan dengan satu-satunya pasangan terbaik
Tak ada pilihan lain, hanya satu
Hanya satu kata: Patuh!
Patuhlah dalam bebasmu, jika kau ingin tetap hidup
Bukalah gulungan kitab protokol itu...
Baca dan pahami ayat-ayat protokol ...

Dan...
Patuhlah dalam bebasmu!
Bebaslah dalam patuhmu!

Jumat, 01 Mei 2020

25 Karya Efek #StayAtHome di Bulan April

| ilustrasi || toolfarm.com |
Bulan April 2020 saya memulai aktifitas #StayAtHome. Ternyata banyak waktu luang, yang sayang jika tak dimanfaatkan. Maka saya manfaatkanlah dengan menulis, baik akun dan group facebook, di blog saya ini, juga ada blog Info-Pemilu-Pilkada dan yang paling intens di kompasiana.com

Menulis bukan sekedar hobi bagi saya. Menulis merupakan cara untuk berbagi ilmu, pemikiran, semangat dan inspirasi kehidupan. Bentuk tulisan yang banyak saya tulis adalah dalam bentuk puisi, selain artikel opini.
"Saya bukan penyair hebat, hanya penikmat bait kata indah penuh makna dan berharap rangkaian kata yang sederhana bisa membawa inspirasi bagi yang membaca" 
Jika sobat pembaca berkenan menyimak sebagai bahan bacaan #StayAtHome, klik saja judul/link di bawah ini:

1. (Hai Covid) Kami Baik-baik Saja! [15.04.2020]
2. Selalu Ada Cahaya Asa [17.04.2020]
3. Kuasa [18.04.2020]
4. Doa [18.04.2020]
5. Darah, Dosa dan Pengampunan [19.04.2020]
6. Kau [20.04.2020]
7. Kuatir [20.04.2020]
8. Bait-bait Covid Satu Sembilan [21.04.2020]
9. Kartini Tak Pernah Mati [21.04.2020]
10. Sajak untuk Mama (Apa Kabar Kau yang Disana) [21.04.2020]
11. Sembahyang Kehidupan  [23.04.2020]
12. Doa Sang Bumi untuk Penghuninya [23.04.2020]
13. Madah untuk Secarik Kertas Tanpa Napas [23.04.2020]
14. Menjemput Senja Penuh Makna di Minawanua [24.04.2020]
15. Mengejar Sang Mimpi [24.04.2020]
16. Aku Diam Bukan Berarti Mati Tanpa Arti [26.04.2020]
17. Hari Minggu Tak Biasa yang Luar Biasa [26.04.2020]
18. Pesta Kami, Duka Sang Raja [26.04.2020]
19. Kepada Kawanku Kompasianer [27.04.2020]
20. Tentang Hidup [28.04.2020]
21. Untuk Sobatku di Garda Terdepan Pandemi [28.04.2020]
22. Ketika Hari Baru Kunikmati Lagi [28.04.2020]
23. Untuk Kawanku Juru Warta [28.04.2020]
24. Aku Ternyata Maling [29.04.2020]
25. Kau Hilang dalam Ada-mu [30.04.2020]

Ada 25 totalnya, hehehe lumayan. Semoga bisa menginspirasi, menghibur dan menemani masa masa di rumah aja. Karya-karya ini sebagiannya adalah karya lama yang disunting lagi, untuk menyesuaikan dengan konteks kini. Ayo tetap produktif #StayAtHome #StayProductive

Sabtu, 11 April 2020

Refleksi Paskah: "Yesus yang Menang Karena Mengalah"


Petuah tempo dulu, “mengalah untuk menang” rasanya sulit ditemukan di jaman sekarang. Jaman penuh ego dalam lautan kompetisi !  
Di pentas olahraga misalnya, tim yang mengalah pastinya kalah, bukan menang. Mana ada tim sepakbola yang akan menang dalam pertandingan jika mereka mengalah, berdiam diri, tak menyerang dan membiarkan pihak lawan memasukan bola ke gawang. Di pentas politik, kandidat akan berlomba-lomba untuk menang dalam Pemilihan. Siapa yang mengalah, berdiam diri, besar kemungkinan akan kalah, bukan menang. Di aspek hidup lainnya, hasrat untuk menang sangat dominan, hingga ke bilik-bilik rumah.

Umat Kristiani pada hari Minggu, 12 April 2020 akan merayakan Paskah, hari besar keagamaan yang lazim disebut pesta kemenangan. Disebut ‘pesta kemenangan’, karena Paskah merupakan perayaan kebangkitan Tuhan Yesus setelah sebelumnya disalibkan dan mati. Yesus yang disalibkan dan mati itu bangkit dan menang melawan kuasa maut (kematian). Tidak salah, jika saya menyebut kemenangan Yesus adalah karena Dia mengalah. Kalah menderita dan mati namun menang ketika bangkit.

Yesus yang Mengalah untuk Menang

Kesaksian kitab Injil membuktikan tidak ada perlawanan berarti dari Yesus sejak dia dihadapkan kepada Mahkamah Agama. Tidak ada perlawanan berarti ketika dia diolok-olok dan difitnah. Pun ketika dipaksa memikul salib hingga dipaku di kayu salib di Bukit Golgota.
Yesus, Anak Allah itu, yang kepadanya diberi kuasa dari Allah Bapa dengan bukti berbagai mujizat selama 33 tahun pelayanannya, kemudian di masa-masa sengsaranya sama sekali tak berdaya. Seharusnya, dengan kuasa yang ada dan belum dicabut tersebut, Dia mampu melawan dan langsung menang terhadap orang-orang berkuasa lainnya yang mau membunuhNya. 

Disinilah titik pentingnya dari strategi kalah-menang. Orang yang mengalah bukan orang yang sama sekali lemah dan tak punya power, otoritas atau kekuasaan. Justru orang yang mengalah adalah orang yang memiliki kekuasaan dan kemampuan untuk menang tapi tidak menggunakan kekuasaan dan kemampuannya tersebut.  Yesus punya kuasa untuk menang, namun tidak menggunakan kuasa yang ada padaNya.

Sampai pada titik ini. Kita mengkin berpikir bahwa hal mengalahnya Yesus merupakan sebuah skenario dari Allah. Merupakan perkenanan Allah Bapa. Merupakan penggenapan nubuat, sebagaimana nubuatan kitab-kitab Perjanjian Lama seperti Kitab Mazmur, Yesaya, Zakaria dan Mikha. Benar demikian, dan justru disinilah sifat pertama dari karakter “mengalah” Yesus, yaitu mengalah dalam pengertian tunduk pada skenario atau perintah BapaNya.

Sengsara, kematian hingga kebangkitan Kristus merupakan penggenapan nubuat demi terwujudnya misi karya agung dan kasih  Allah untuk manusia dan dunia yaitu penebusan dosa dan penyelamatan manusia. Karena misi itu mampu dilakukan Yesus, maka Dia disebut juga Sang Juruselamat Dunia. Juruselamat yang menyelamatkan dunia dengan mengalah, rela mati namun menang ketika bangkit !!!

Kisah Yesus yang “kalah untuk menang” sesunggunya juga, merupakan sebuah teladan tentang kemampuan mengendalikan egoisme dari seorang yang punya Kuasa. Mengendalikan diri, merendahkan diri dan kemudian mampu mengampuni, ketika dalam deritanya di atas kayu salib Dia berdoa untuk mereka yang menyalibkan Dia:  “Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat“.

Dengan demikian kita sampai pada kesimpulan bahwa  karakter mengalah untuk menang dalam peristiwa Jumat Agung dan Paskah Kristus meliputi mengalah dalam pengertian tunduk pada perintah Allah, mengalah dengan tidak menggunakan kekuasaan, mengalah dari egoisme diri dan merendahkan diri, hingga  mengalah dengan mengampuni.

Makna Paskah dalam Gumul Covid-19

Bukan kebetulan, perayaan minggu-minggu sengsara, Jumat Agung dan Paskah bagi umat Kristen bertepatan dengan gumul masyarakat dunia akibat pandemi Coronavirus disease (COVID-19) atau Covid-19.  Bagaimana relevansi karakter atau gaya hidup mengalah untuk menang dalam menghadapi pandemi global tersebut ?

Mengalah dengan membiarkan  Covid-19 menginfeksi seluruh penduduk bumi tentu saja bukan pilihan. Sejak diciptakan, manusia telah diberi mandat untuk berkuasa atas ciptaan lainnya. Hikmat dan pengetahuan telah dianugerahkan kepada manusia Homo sapiens. Tinggal bagaimana anugerah itu kita kelolah dalam menghadapi tantangan hidup.

Dalam perspektif ilmu pengetahuan, Virus hanya mampu dilawan dengan antivirus plus sistem kekebalan tubuh manusia. Tidak ada perang terbuka antara manusia dengan mahluk mikro ini yang berpotensi dimenangkan manusia, sekalipun setiap manusia punya sistem kekebalan tubuh. Transmisi antar manusia demikian mudahnya terjadi melalui kontak bahkan melalui udara dalam jarak tertentu. Karenanya strategi yang dianjurkan oleh WHO dan Pemerintah adalah mengalah untuk menang melawan Covid-19. Yah, mengalah dengan diam #dirumahaja.

Butuh kemampuan melawan egoisme diri, yang terbiasa bebas lalu lalang lintas rumah, desa, kota bahkan negara. Egoisme, Seremoni, Kultur dan Sakralisme institusi yang dikendalikan manusia, termasuk intitusi keagamaan harus mengalah. Work From Home dan Stay At Home hingga Worship At Home.

Yah, harus mengalah dengan tinggal di rumah saja. Kerja di rumah saja. Bahkan ibadah bukan di gedung gereja, tapi dari rumah saja. Jika hal itu tidak dilakukan maka kita berpotensi terjangkit Covid-19 dan berpotensi kalah…

Dirumah saja, mengalah tunduk pada perintah penguasa, sekalipun kita punya kuasa dan kehendak bebas (free will) untuk tetap di luar rumah. Meski kita punya kuasa menjadi oposisi untuk melawan.

Dirumah saja sambil merenung mungkin juga selama ini disaat jabat tangan belum dilarang kita tak mau mengalah keluar rumah untuk sebuah insiatif berdamai sambil jabat tangan dan rangkul erat saudara kita.

Dirumah saja adalah sikap mengalah untuk menang melawan Covid-19. Yah, mengalah untuk menang sebagaimana Yesus yang mengalah sampai mati namun akhirnya menang melawan maut. Mengalah untuk menang masih relevan untuk dunia yang butuh perdamaian.

Selamat merayakan Paskah, selamat mengalah #DirumahAja untuk menang melawan Covid-19, sambil berdoa badai Covid-19 pasti berlalu segera di 2020....

Tondano, 11 April 2020

Kamis, 09 April 2020

Menatap Cahya Harapan #DirumahAja

Cahya Rembulan di Kelam Malam (Rinegetan, 9 April 2020)
Malam ini...
Ada rembulan kupandang dari teras rumah
di malam jelang Jumat Agung...
Ada cahya dibalik glap malam
Bawa pesan berbalut asa di tengah dunia berbalut kelam glap...
Ada cahya penuh warta dan asa dari langit:
"Ada Kuasa sanggup kalahkan glap..."

Malam ini...
Kelam malam tak mampu halangi Cahya Sang Rembulan ...
Seakan bawa pesan: 
"kelam Covid pasti kan berlalu... kalian di bumi #DirumahAja "
Dari teras rumah cakrawala pandang
mampu tatap keagungan Sang Pencipta glap malam...

Duhai rembulan titip pesan untuk Pemilikmu,
jangan Dia redupkan cahyaNya
untuk kami para pendosa...
Kami akan #DirumahAja
dalam renung, doa, harap, dan karya...
Renung, doa dan harap hanya kepada Sang Cahya Agung, Cahya Harapan:
Penguasa rembulan, Penguasa malam, Penguasa bumi, Penguasa manusia dan.... 
juga Penguasa segala mahluk termasuk mahluk mikro setengah hidup bernama Corona alias #Covid-19 ... !!!




Kamis malam, 9 April 2020, jelang Jumat Agung #DiRumahAja

Selamat Jumat Agung 2020🙏🙏🙏

















Sabtu, 04 Januari 2020

KUASA

Kuasa  ...
Setinggi gunung menggaungkan perintah untuk yang dilembah
Merangkul tumbuh pepohonan dan rerumputan dalam harmoni
Jadi sumber mata air tuk hidup mahluk 
Sekali-kali memuntahkan lahar panas tanda amarah

Kuasa… 
Otoritas seluas lautan dan samudera
Memberi ruang hidup keberagaman spesies
Tempat berlayar bahtera hidup
Sekali-kali penuh dengan tarian gelombang ujian kehidupan
Ataupun juga tsunami hukuman bagi yang tak patuh

Kuasa ada ntuk atur irama hidup insani
Kuasa yang menghidupkan 
Menghukum untuk irama ketertiban hidup

Namun sering disalahgunakan
Laksana semburan lahar pada insan tak bersalah
Laksana hempasan tsunami merenggut nyawa 
Sisi kelam kuasa jika tak sadar ada Yang Maha Kuasa… .
Maha Kuasa… lebih tinggi dari gunung,  lebih luas dari samudera…

Rabu, 01 Januari 2020

Narasi dan Aksi

Ada sembah sujud syukur...
Ada untai kata selamat...
Ada jabat tangan...
  
Ada langit bertabur kembang api...
Narasi dan aksi semarak setiap tahun baru... 
Namun,
Setelah semua narasi dan aksi itu
Para aktor kembali dengan akting tak terbarukan...

Narasi berbalut ego
Tanpa syair maaf dan terimakasih
Hanya syair keakuan dan keangkuhan
Hanya hipnotisme orasi silat lidah

Aksi berbalut keangkuhan
Lakon licik namun asyik
Meracik racun di wadah madu
Singkirkan lawan dan juga kawan 

Yah...
Narasi dan aksi tanpa tranformasi setelah megah pesta tahun baru...
Baru tahunnya lama lakonnya...

Ah...
Semoga tahun baru ini benarlah baru...
Narasi dan aksi saling merangkul
Hadirkan syair cinta kasih sepanjang hari Lakonkan jabat tangan sepanjang masa Menyatukan segala beda
Aksi ulur tangan untuk yang lemah

Hingga suatu saat, entah tahun  kapan
Ketika tubuh menjadi debu dan  jiwa menjemput keabadian 
dengan penuh kedamaian disuatu ruang hidup abadi bernama sorga....

Selamat menjemput tahun baru dengan spirit narasi dan aksi baru...
Kebaruan yang menghidupkan ...

***Seper Watu,  Rinegetan Tondano
01 Januari 2020

Senin, 23 Juli 2018

Cahya Ilahi

Menatap alam,
merenung akan
Tak ada yg pasti didepan sana
Hanya ada gambaran buram
Laut bergelombang
Awan hitam
Terik mentari

Namun selalu ada setitik cahaya
Hingga...
Ada asa yg menggumpal
Ada visi terlukis indah
Ada inspirasi tuk terobos kelam
Ada yakin membungkus nurani
Ada semangat merasuk raga
Ada  kiat membius otak

Karena
Cahya Ilahi
terobos pandang
Rasuki jiwa
Bisikan kata cinta Sang Khalik
bagi sobatNya

#pantaiBoroko060718 — at Pantai KUTA (kuala Utara) Boroko

Jumat, 30 Maret 2018

Darah, Dosa dan Pengampunan


Di Bukit Kalvari…
Darah itu mengalir dari tubuh Dia Tuhan yang menjadi manusia tak berdaya….
Di Bukit Golgota
Darah itu mengalir dari tubuh Sang Korban Penghapus Dosa…
Di Bukit Tengkorak…
Darah itu mengalir mengiring hembus nafas terakhir Sang Juruselamat…

Yah… Darah itu….
Tanda kasih Sang Khalik…
Pertanda pengorbanan…
Bukti tebus DOSA para pendosa !!!
Sebab tiada kasih tanpa pengorbanan
Tiada penebusan tanpa kasih dan pengorbanan…


Kini…Adakah mereka yang Kau tebus lunas berlaku kudus
N`tuk hargai darahMu Sang Penebus ???

Oh Penebus…. Kami mengaku….

Kini…. kami yang Kau tebus itu…
Sedang berdiri di bukit kesombongan dan keangkuhan
memeluk mesra ego, menepis empati tak berhati
Angkuh tanpa rasa, tanpa peduli, tanpa maaf…
Persetan dengan yang lain !!!
Aku adalah aku… mereka adalah mereka…

Tuhan… Kami mengaku…
Kini ….kami berdiri di Bukit  Kemewahan bertabur harta, Emas Permata
Nikmati senang dunia karena harta
Nikmati asyiknya bermain harta..
Korbankan sesama untuk harta ….
Gadaikan salib demi harta berbumbu cinta.…

Tuhan … Kami mengaku…
Kini … kami duduk di kursi empuk istana di bukit kekuasaan …
Nikmati empuk kursi raja yang kami rebut penuh kecurangan
Nikmati asyiknya berkuasa anggap hina rakyat jelata
Nikmati kekayaan karena jabatan …..
tak peduli halal atau haram..

Tuhan …. Kami mengaku….
Kini …. kami membangun keluarga di bukit kepalsuan cinta…
Bangun keluarga dalam sakralnya prosesi dan mewahnya pesta
Namun … lihatlah
Kini …. ego kalahan cinta memutus ikatan sakral itu….
Buah hati terlantar kehilangan kasih sayang
terbiar dan terbuai dan jatuh dipeluk narkoba dan nikmatnya godaan dunia
Ada berontak disana sini…. Ada durhaka disana sini…
Tiada doa dalam rumah, yang Kau harap jadi Gereja kecilMu
Tiada damai dalam keluarga, yang Kau harap jadi saksi KebangkitanMu

Tuhan…
Darah suciMu terbuang percuma…
meski kami berlagak kudus dalam jamuan kudus,
meneguk anggur hayati korban darahMu
Tubuhmu… kami siksa dengan tajamnya tombak dosa dan durhaka kami…
            Meski kami turut  mengunyah roti tak beragi simbol siksa tubuhMu
dalam sakralnya meja perjamuan…
SalibMu patah kami campakkan…
bahkan… hangus terbakar tersulut panasnya api dosa …
Kubur kosong itu hanya sekedar ornamen Paskah,
objek wisata tanpa makna, tanpa nilai seperti kosongnya hati kami….!!!

Tuhan…
Maukah Engkau datang lagi untuk kami salibkan biar bebas kami dari dosa ???
sambil  kami teriakan kata:
Salibkan Dia !! Salibkan Dia !!!

Ataukah …. kami yang harus salibkan diri… ???
Salibkan ego, keangkuhan, kesombongan diri…
Salibkan amarah, ketamakan, iri, dan dengki

Tuhan…sudikah Engkau ampuni dan baharui kami  ???
Hingga kami pulih dan layak di tahta kudusMu…
Hingga kami boleh berdiri tegar dalam dekap Roh-Mu di bukit Kasih Karunia …..
dan siap jadi saksi kebangkitan dan kemenanganMu…

Tuhan ampuni dan baharui kami ……


Meidy Tinangon
            Seper Watu, Rinegetan, 1 hari jelang Jumat Agung 2018
            Kamis, 29 Maret 2018

Jumat, 22 Desember 2017

Sajak untuk Mama

"Apa Kabar Kau yang Disana"

(Sajak untuk Mama) 


Mama...
Apa kabar Kau di negeri sana?
Ingin ku bersua denganmu
Mengulang memori yang tak lekang oleh waktu
Memori dimasa kecil
Saat kau curahkan kasih nan tulus
Saat kau peluk daku penuh kehangatan
Saat kau iklaskan juangmu hanya untuk anak-anakmu
Saat kau lupakan lelah ragamu untuk buah hatimu

Apa kabar kau yang disana??
Rindu diri disampingmu
Hanya tuk cicipi lezat masakanmu
Hanya tuk ucapkan terimakasih yang tak sempat terungkap
Hanya tuk tunjukan buah juangmu
Hanya tuk memberimu hadiah yang tak mampu balas kasihmu
Hanya tuk meminta nasehatmu
Hanya tuk blajar sabarmu
Hanya tuk tahu rahasia kerja kerasmu
Hanya tuk blajar gaya hidup apa adanya
Hanya tuk blajar bersyukur dalam susah dan senang
Hanya tuk merengek meminta smangat juangmu

Apa kabar kau yang disana ???
Duhai kau pahlawanku
Kuharap di doamu namaku tetap kau sebut
Kuharap kau slalu tiupkan angin bawa titipan semangatmu
Kuharap di jauh sana kau kan tersenyum
Hingga suatu saat nanti kita kan bertemu di jauh sana,  dalam damai di pelukmu
Yah di jauh sana,  disuatu tempat entah dimana,  yang disiapkan Sang Khalik...

Terimakasih mama....  Suatu saat rinduku kan terjawab,  bersama kau di jauh sana...  Di negeri mulia penuh kedamaian....

#SelamatHariIbu

Senin, 08 Juli 2013

The Power of FOCUS

Benar, bahwa hidup ternyata adalah pilihan.
Yah... kita dihadapkan pada berbagai pilihan. Terkadang pilihan-pilihan tersebut membuat kita ingin memilih semua pilihan di depan mata kita, sehingga sulit bagi kita untuk memilih yang satu dan mengabaikan yang lain.

Namun, disaat kita tak mampu memilih, disinilah sumber masalah dalam dinamika hidup, utamanya dalam menyelesaikan tanggung jawab atau tugas kita. Kita bukan robot yang tak kenal lelah. Kita punya keterbatasan. Target yang banyak, memecah segala sumber daya kita sehingga potensial gagal !

Banyak orang memuji kami, ketika dianggap sukses menggelar Pemilukada Minahasa tahun 2012 yang lalu. Rivalitas yang ketat, tensi politik yang tinggi dan potensi tekanan dari berbagai penjuru, bukan menjadi hambatan.

Saya merenung, dan mengambil satu kesimpulan bahwa kalau kami dianggap sukses menggelar hajatan demokrasi tersebut itu karena kami fokus. Fokus berarti mencurahkan segala sumber daya pada satu titik target. Yah, sumber daya pikiran dan tindakan.

Secara pribadi, saya merenung. Benar juga, bahwa fokus menjadi salah satu penentu dalam menyelesaikan tugas. Pikiran dan segala daya upaya terpusat pada satu titik. Konsentrasi pada satu arah tanpa terpecah. Konsekwensinya, pilihan dan kesenangan yang lain harus dikorbankan. Secara pribadi saya terpaksa non aktif dari jabatan di kampus, mengurangi aktivitas dalam kegiatan organisasi. Bahkan, waktu untuk "orang-orang rumah" harus berkurang.

Itulah konsekwensi dari fokus. Membuang tawaran pilihan yang lain dan mengambil keputusan, bahwa kita memang harus fokus. Supaya konsentrasi kita terarah, bukannya terpecah. Fokus membantu kita melokalisir problema kerja. Lebih baik berhasil dalam satu target, daripada ingin mencapai banyak target namun semuanya gagal. Karena kita multifokus. So ? cobalah untuk fokus demi mencapai satu titik fokus, ttitik tujuan, titik capaian, titik sukses. Fokus !!!

Jumat, 30 Maret 2012

Refleksi Paskah: "Kasih, Pengorbanan dan Kemenangan""

Paskah (bahasa Yunani: Πάσχα atau Páscha adalah perayaan terpenting dalam tahun liturgi gerejawi Kristen. Bagi umat Kristen, Paskah identik denganYesus, yang oleh Paulus disebut sebagai "anak domba Paskah"; jemaat Kristen hingga saat ini percaya bahwa Yesus disalibkan, mati dan dikuburkan, dan pada hari yang ketiga bangkit dari antara orang mati. Paskah merayakan hari kebangkitan tersebut dan merupakan perayaan yang terpenting karena memperingati peristiwa yang paling sakral dalam hidup Yesus (Wikipedia.org).

Dalam kepercayaan kristiani, peristiwa sengsara Yesus merupakan wujud kasih karunia Tuhan bagi kehidupan manusia yang dinyatakan dalam wujud pengorbanan di kayu salib. Dengan kasih karunia dan pengorbanan tersebut, manusia beroleh selamat dari dosa. Jadi manusia menang dari dosa karena kasih dan pengorbanan Yesus yang sampai mati di kayu salib.  Kemenangan itu semakin nyata ketika kubur tempat Yesus dibaringkan terbukti kosong. Yesus bangkit dan menang dari kuasa maut. Disinilah kita menemukan makna paskah bagi orang Kristen, yaitu kasih, pengorbanan dan kemenangan.

Persoalannya adalah, apakah kasih dan pengorbanan itu benar-benar teraktualisasi dalam kehidupan manusia dalam konteks kekinian ?