Sabtu, 18 Februari 2012

Pilkada dan Kebebasan Memilih dalam Perspektif Kristiani


Harapan kita bersama sebagai wujud pelaksanaan demokrasi, maka Pemilihan Umum Kepala Daerah (Pemilukada) akan menjadi sarana penyelenggaraan kedaulatan rakyat, dimana rakyat benar-benar berdaulat penuh untuk menentukan siapa pemimpinnya.
Untuk bisa disebut berdaulat penuh, maka faktor kebebasan dalam menentukan pilihan tentu saja menjadi faktor penentu. Karena pentingnya faktor kebebasan itu maka kita telah lama diperkenalkan dengan sistem atau sifat Pemilu yang langsung, umum, bebas dan rahasia (LUBER) sebagaimana termaktub dalam konstitusi kita UUD 1945 pasal 22 E, hal mana khusus untuk pemilihan umum kepala daerah diatur dalam Pasal 56 ayat 1 UU Nomor  32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah yang menyatakan bahwa: “Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah dipilih dalam satu pasangan calon yang dilaksanakan secara demokratis berdasarkan asas langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil”.
Meskipun telah tersurat dalam konstitusi dan undang-undang kita, namun yang petut dipertanyakan adalah bagaimana kebebasan dalam perspektif kristiani? Apakah kita benar-benar bebas dalam menentukan pilihan politiknya ? 

Senin, 13 Februari 2012

Peran Serta Pemuda Dalam Penyelamatan Lingkungan

(Disampaikan pada session diskusi Kampoeng Bumi Perkemahan Pemuda GMIM 28 Juni-3 Juli 2011 di Danowudu-Bitung)
 ------------------------
Oleh:
Meidy Y. Tinangon, M.Si.

  •  Introduksi: “menggeser paradigma, merajut aksi”
Ada sebuah kisah tentang Kapal Titanic. Kapal yang besar dan megah di masanya. Kapal yang dianggap paling besar, paling kuat, paling megah, paling hebat ! Tak seorangpun meragukan kemampuan dari kapal tersebut. Tak ada yang berpikiran bahwa kapal yang hebat tersebut suatu saat akan tenggelam. Tak ada yang memusingkan diri dengan hal tersebut.   Dalam perjalanan tersebut, orang – orang sibuk dengan kesenangan bahkan pesta. Namun apa yang terjadi ? Suatu saat kapal mengalami masalah akibat bongkahan es di laut, kapal sudah mulai tenggelam perlahan namun orang masih sibuk dengan urusan kesenangan masing-masing. Hingga akhirnya kapal pun tenggelam dengan korban jiwa yang besar.
 -------
Dalam hubungan dengan topik bahasan kita, pandangan orang-orang terhadap kapal Titanic ini sama dengan cara pandang kita terhadap bumi atau lingkungan hidup kita.

Kamis, 01 September 2011

Doa Kehidupan


Tuhanku...
Ijinkan hambaMu yang lemah, bodoh dan berdosa ini memohon padaMu...
Sudilah kiranya panjangkan waktu hidup untukku dan keluargaku
untuk mereka yang kucinta biar ku cintai mereka dan kunikmati hidup
untuk mereka yang butuh sentuhan kasih, biar hidup lebih bermakna
untuk mereka yang mengasihiku, biar berkatMu mengalir untukku

Tuhanku... Tuhan Kehidupan
Mampukan aku mengisi hidup ini lebih bermakna...
Beri sehat untuk raga, pikir dan rasa biar ku mampu dalam lemahku
Ijinkan aku gapai cita dalam rangkulMu, sebab ku tak mampu tanpaMu
Ijinkan aku wujudkan kehendakMu, biar aku jadi alatMu

Tuhanku....Beri daku ....
tenang dalam kekacauan,
tentram dalam kekuatiran,
aman dalam ancaman,
sukacita dalam duka,
senyum dalam tangisan,
mampu dalam ketidakmampuan ...
kuat dalam lemahku ....
Agar aku tak mati dalam hidupku....

Tuhanku...
Aku ingin hidup seribu tahun lagi ....
Aku tak ingin hidup namun mati ...
Tapi, jika nanti sebentar, esok atau entah kapan
Kau ambil hidupku dan ajalku tiba
Ijinkan aku tetap hidup dalam sebuah makna meski tanpa jiwa dan raga
Yah..
Karena hidup adalah sebuah Makna .... sebuah Nilai.... bukan Harga ....
Jadilah kehendakMu ....

Amin

Tondano, Mei 2011

Selasa, 30 Agustus 2011

Definisi dan Proses Eutrofikasi

EUTROFIKASI adalah salah satu problema ekologis pada ekosistem danau. Jika tidak ditanggulangi maka berbagai dampak ikutan akan dialami oleh suatu ekosistem danau. Bagaimana proses eutrofikasi ?
EUTROFIKASI diperikan pertama kali oleh Weber pada tahun 1907 ketika ia memperkenalkan istilah oligotrofik, mesotrofik dan eutrofik (Hutchinson, 1969)

Rabu, 17 Agustus 2011

Eutrofikasi, Problema Ekologis pada Ekosistem Danau

Eutrofikasi, Problema Ekologis pada Ekosistem Danau
I.               PENDAHULUAN

Danau adalah salah satu ekosistem enting karena fungsinya bagi masyarakat.Diantaranya danau sering dimanfaatkan sebagai: sumber air minum , penangkapan budidaya ikan, tempat cuci mandi, objek wisata dan lain sebagainya. Namun, seperti halnya ekosistem lainnya di muka bumi ini, danau tetap saja tidak bebas dari gangguan serta permasalahan ekologis
Diantara masalah yang menarik serta perlu mendapat perhatian serius adalah masalah  eutrofikasi  (pengkayaan unsur hara). Proses ini sebenarnya sifatnya agak alami dimana terdapat masukan unsur hara dalam danau karena peristiwa-peristiwa dalam danau tersebut. Dalam situasi alami tersebut, maka proses eutrofikasi dapat dikatakan berlangsung lambat dan dalam keadaan seimbang. Namun menjadi masalah ketika campur tangan manusia lewat berbagai aktifitas pemanfaatan danau mulai mempengaruhi ekosistem danau. Proses ini kemudian dikenal sebagai eutrofikasi kultural.

Selasa, 16 Agustus 2011

Rencana LOKAL melawan Pemanasan GLOBAL

"LOCAL PLANNING" Melawan "GLOBAL WARMING" 
Oleh: Meidy Y. Tinangon
”Jika suatu ketika lapisan es di bumi mencair maka ketinggian permukaan air laut dapat dipastikan naik hingga 64 meter” demikian diungkap Antara news 23 Maret 2007.Nikolai Osokin, pakar glaciologi pada Institut Geografi, Akademi Ilmu Pengetahuan Rusia, memperkirakan, kota-kota ditepi pantai kemudian tenggelam di bawah permukaan air, termasuk Belanda, yang sebagian besar wilayahnya notabene berada di bawah permukaan air laut. Bagaimanapun juga, baik Belanda maupun seisi planet bumi yakin bahwa kehancuran yang luar biasa dapat terjadi setiap saat dalam beberapa ribu tahun mendatang.

Pendidikan di Tanah Minahasa

Bicara pendidikan kita pasti memahami bahwa bidang yang satu ini punya goal yang pasti. Dalam bahasa awam, tujuan pendidikan sederhananya adalah untuk membuat manusia yang mengenyam pendidikan menjadi manusia yang cerdas, yang otaknya mengunyah aneka pengetahuan atau dalam bahasa kerennya, menjadi Tou Ngaasan. Hal mana dibahasakan oleh konstitusi kita, UUD 1945, sebagai mencerdaskan kehidupan bangsa.

Sabtu, 30 Juli 2011

Reorientasi Peran GMKI Menuju Equlibrium Point


facebook.com
“Tindakan ini adalah suatu tindakan historis bagi dunia mahasiswa umumnya dan masyarakat Kristen khususnya.
GMKI menjadilah pelopor dari semua kebaktian yang akan dan mungkin harus dilakukan di Indonesia.
GMKI jadilah suatu pusat, tempat latihan, dari mereka yang bersedia bertanggung jawab atas segala sesuatu yang berhubungan dengan kepentingan dan kebaikan negara dan bangsa Indonesia.
GMKI bukan merupakan suatu gessellschaft, tetapi ia adalah suatu gemeinschaft, persekutuan dalam Kristus Tuhannya. Dengan demikian ia berakar baik dalam gereja maupun dalam nusa dan bangsa Indonesia. Sebagai suatu bagian daripada iman dan roh, ia berdiri ditengah-tengah dua proklamasi: Proklamasi Kemerdekaan Nasional, dan Proklamasi Tuhan Yesus Kristus dengan InjilNya, yaitu Injil Kehidupan, Kematian dan Kebangkitan”
(Dr. J. Leimena, Founding Father GMKI
dalam Pidato Pembentukan GMKI, 9 Februari 1950)

Peran Politik Gereja di Era Multi Partai


I.                    GEREJA,  POLITIK DAN PARTAI POLITIK
Mengapa dan bagaimana sikap politik gereja dalam konteks politik saat ini yaitu di era multi partai? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, ada baiknya kita menyamakan persepsi tentang gereja, politik dan partai politik.
  • ·           Gereja (dan warga gereja)
Umumnya kita mendefinisikan gereja sebagai persekutuan orang-orang yang percaya kepada Kristus. Dalam Alkitab gambaran yang tentang Gereja dapat dilihat misalnya dalam I Petrus 2 :9 : “Tetapi kamulah bangsa yang terpilih, immamat yang rajani, umat kepunyaan Allah sendiri, supaya kamu membritakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia, yang telah memanggil kamu keluar dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib” .
Jadi gereja  adalah persekutuan umat yang percaya kepadaNya yang telah dipanggil untuk keluar dari gelap menuju terang. Hal mana juga merupakan peringatan bahwa  dunia yang kita diami  adalah dunia yang gelap.
Dalam praktek, Istilah gereja sering diartikan sebagai institusi atau dalam pengertian umat/warga gereja. Untuknya dalam uraian singkat ini, akan digunakan istilah “gereja” yang menunjuk pada instirusi dan “warga gereja” yang menunjuk pada umat.

Paradigma Lingkungan dan Kondisi Lingkungan Hidup Kita

Ada sebuah kisah tentang Kapal Titanic. Kapal yang besar dan megah di masanya. Kapal yang dianggap paling besar, paling kuat, paling megah, paling hebat ! Tak seorangpun meragukan kemampuan dari kapal tersebut. Tak ada yang berpikiran bahwa kapal yang hebat tersebut suatu saat akan tenggelam. Tak ada yang memusingkan diri dengan hal tersebut.   Dalam perjalanan tersebut, orang – orang sibuk dengan kesenangan bahkan pesta. Namun apa yang terjadi ? Suatu saat kapal mengalami masalah akibat bongkahan es di laut, kapal sudah mulai tenggelam perlahan namun orang masih sibuk dengan urusan kesenangan masing-masing. Hingga akhirnya kapal pun tenggelam dengan korban jiwa yang besar.
Dalam hubungan dengan topik bahasan kita, pandangan orang-orang terhadap kapal Titanic ini sama dengan cara pandang kita terhadap bumi atau lingkungan hidup kita.
Manusia telah sekian lama menganggap bumi ini sedemikian tangguh dengan segala proses alamnya. Kita merasa bumi ini demikian besar dan begitu jauh dari kesan kerapuhan. Kita merasa bumi sangat mampu menampung sejumlah besar manusia dan kita menganggap bumi kita demikian hebatnya, dan karenanya tak akan mungkin “tenggelam” seperti keyakinan para petinggi dan orang-orang pintar dalam kisah kapal Titanic di atas.