Tampilkan postingan dengan label Teknik Menulis Puisi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Teknik Menulis Puisi. Tampilkan semua postingan

Senin, 27 Juli 2020

Corona oh Corona (2)

Kumpulan Puisi tentang dan di Masa Pandemi Covid-19

(1) Merindu Kurang 

"Covid prayer" || www.thenivbible.com 



Nikmatnya ketambahan, apalagi ketambahan itu beraroma positif
Semua yang positif adalah berkat, pikirku pada suatu masa sebelum masa kini 

Namun kini aku merindu kurang, bukan tambah
Mengapa?

Tambah menambah itu semakin membuat resah hati
Deret-deret angka yang tak diharap
Angka angka tentang jeritan anak manusia yang berlabel positif 

Tuhan,
Aku merindu kurang hari ini...
Kami merindu kurang, untuk selamat negeri kami
Kurangilah si mahluk super mikro itu
Jika pun ada angka biarlah angka nol

(2) Kekang Kepakan Sayapmu untuk Kita 

Kau dicipta dengan hak bebas, kehendak bebas
Guru filsafatku menyebutnya: "free will"
Bebas hidup, terbang kesana kemari menggauli angkasa
Nuranimu yang bebas adalah kompas untuk kepakmu

Kepakmu memang bebas berkepak,
mengangkat raga tinggi ke angkasa lalu melintasi segala benua
Tapi, bisakah sebulan ini saja kau kekang kepakan sayapmu?
Kekang bebasmu terbang sana sini 

Kau sudah tahu, pemangku kuasa
telah ingatkan,  bahaya jika kau terbang semaumu,
kau bisa terbunuh bukan oleh peluru,
tapi oleh mahluk tak berkepak,
yang terbang dari Wuhan menumpang kepak besi

Mahluk halus bukan setan itu, bisa menumpang di kepakmu,
mencari celah dalam ragamu tuk merasuk masuk
hingga hentikan detak jantungmu,
dan kepakmu tak berdaya lagi.... mati!

Atau jika bukan kau yang mati,
relakah kau membiarkan kekasih hati dan buah hatimu
jadi korban si mahluk supermikro?

Duhai kau yang bebas terbang kepakan sayapmu
Sudikah, dikau kekang kepakan sayapmu itu?
Agar kau, mereka dan aku..., kita....
bersama hentikan pandemi,
hingga kita bisa kepakan sayap bersama
terbang bebas tanpa pandemi

-----------------------------------

**Note:
      Kepak = sayap 
      Berkepak-kepak= mengibas-ngibaskan sayap
      (KBBI)


(3) Patuh dalam Bebas Normal Baru 

| ilustrasi || https://temporarylumps.com |


New normal adalah  gaya hidup dalam juang  di negeri pandemi
Gaya hidup baru dalam ancaman mahluk super mikro
Gaya hidup baru untuk tetap nikmati  anugerah Sang Khalik
Gaya hidup baru dalam kebebasan hidup
Gaya hidup baru dalam panduan kitab suci pandemi berisi ayat-ayat protokol 

Kau tetap bebas
Bebas dalam tarikan napas
Bebas mencinta
Bebas berucap
Bebas berjalan
Bebas berkarya
Bebas mengais rejeki
Bebas menjual
Bebas membeli 

Namun ...
Bebasmu itu harus kau kawinkan dalam ikatan cinta tulus
Harus kau kawinkan dengan satu-satunya pasangan terbaik
Tak ada pilihan lain, hanya satu
Hanya satu kata: Patuh!
Patuhlah dalam bebasmu, jika kau ingin tetap hidup
Bukalah gulungan kitab protokol itu...
Baca dan pahami ayat-ayat protokol ...

Dan...
Patuhlah dalam bebasmu!
Bebaslah dalam patuhmu!

Senin, 04 April 2011

Menulis Kreatif: Tips Menulis Puisi

|eastgreenwichnews.com|
Kita banyak mengalami pengalaman hidup yang sangat berkesan dalam perjalanan hidup ini. Sayang jika pengalaman itu berlalu tanpa meninggalkan bekas. Apalagi kalau pengalaman itu bisa bermanfaat bagi orang lain atau berpotensi merubah cara pikir orang lain. 
Untuk bisa bermanfaat bagi dokumentasi pribadi atau untuk kepentingan orang lain, maka pengalaman atau pandangan kita tentang pengalaman hidup, apa yang kita saksikan dan alami, dapat kita tuangkan dalam bentuk tulisan kreatif. Salah satu bentuknya adalah puisi.

Seorang penulis puisi atau penyair tidak akan meremehkan pengalaman-pengalamannya. Segala sesuatu yang dilihat dan dialaminya selalu tidak luput dari perhatiannya. Dia menjadikan semua itu sebagai sesuatu yang bermakna bagi orang lain.

Banyak orang berpikir bahwa menulis puisi itu rumit. Padahal jika kita telah mencobanya, kerumitan yang terbayangkan itu akan menjadi keindahan yang nyata. Untuk membantu anda menulis, perlu diketahui unsur - unsur apakah yang membentuk sebuah puisi ?

Secara umum orang mengatakan bahwa sebuah puisi dibangun oleh dua unsur penting, yakni bentuk dan isi. Waluyo (1987) berpendapat bahwa struktur fisik puisi terdiri atas baris-baris puisi yang bersama-sama membangun bait-bait puisi. Adapun unsur-unsur fisik yang termasuk dalam struktur fisik puisi menurut Waluyo adalah: diksi, pengimajian, kata konkret , majas, versifikasi dan fipografi. Selain itu masih ada unsur yang lain yaitu sarana retorika.

Berikut diuraikan unsur-unsur tersebut:

1. Diksi
Diksi atau pilihan kata mempunyai peranan penting dan utama untuk mencapai keefektifan dalam penulisan suatu karya sastra. Untuk menggunakan diksi dengan baik, penulis harus memahami masalah kata dan maknanya, tahu mengaktifkan kosa kata, memilih kata yang tepat dan sesuai dengan situasi dan mengenal corak gaya bahasa sesuai tujuan penulisan.

2. Pengimajian 
Imaji (image) digunakan untuk memberi gambaran yang jelas dan membuat lebih hidup gambaran dalam pikiran untuk menarik perhatian pembaca. Pengimajian merupakan sarana utama mencapai kepuitisan.

3. Kata Konkret
Kata konkret adalah kata-kata yang diungkapkan penyair untuk menggambarkan suatu lukisan keadaan atau suasana batin dengan maksud untuk membangkitkan imaji pembaca.

4. Bahasa Figuratif
Bahasa figuratif membuat puisi memancarkan banyak makna atau kaya makna. Jenis bahasa figuratif misalnya adalah simile, metafora dan personifikasi.

5. Versifikasi
Versifikasi meliputi ritma (irama), rima (rhytme, pengulangan bunyi di dalam baris puisi) dan metrum (irama yang tetap).

6. Tipografi
Merupakan pembeda yang paling awal dapat dilihat dalam  membedakan puisi dengan prosa fiksi dan drama.

7. Sarana Retorika
Merupakan pola atau gaya yang merupakan keistimewaan, kekhasan seorang pengarang. Sarana retorika disebut juga sebagai muslihat pikiran yang berupa bahasa yang tersusun untuk mengajak pembaca berpikir.

Demikian unsur-unsur pembentuk puisi semoga bermanfaat bagi calon penyair. (***)