Tampilkan postingan dengan label Renungan Paskah. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Renungan Paskah. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 11 April 2020

Refleksi Paskah: "Yesus yang Menang Karena Mengalah"


Petuah tempo dulu, “mengalah untuk menang” rasanya sulit ditemukan di jaman sekarang. Jaman penuh ego dalam lautan kompetisi !  
Di pentas olahraga misalnya, tim yang mengalah pastinya kalah, bukan menang. Mana ada tim sepakbola yang akan menang dalam pertandingan jika mereka mengalah, berdiam diri, tak menyerang dan membiarkan pihak lawan memasukan bola ke gawang. Di pentas politik, kandidat akan berlomba-lomba untuk menang dalam Pemilihan. Siapa yang mengalah, berdiam diri, besar kemungkinan akan kalah, bukan menang. Di aspek hidup lainnya, hasrat untuk menang sangat dominan, hingga ke bilik-bilik rumah.

Umat Kristiani pada hari Minggu, 12 April 2020 akan merayakan Paskah, hari besar keagamaan yang lazim disebut pesta kemenangan. Disebut ‘pesta kemenangan’, karena Paskah merupakan perayaan kebangkitan Tuhan Yesus setelah sebelumnya disalibkan dan mati. Yesus yang disalibkan dan mati itu bangkit dan menang melawan kuasa maut (kematian). Tidak salah, jika saya menyebut kemenangan Yesus adalah karena Dia mengalah. Kalah menderita dan mati namun menang ketika bangkit.

Yesus yang Mengalah untuk Menang

Kesaksian kitab Injil membuktikan tidak ada perlawanan berarti dari Yesus sejak dia dihadapkan kepada Mahkamah Agama. Tidak ada perlawanan berarti ketika dia diolok-olok dan difitnah. Pun ketika dipaksa memikul salib hingga dipaku di kayu salib di Bukit Golgota.
Yesus, Anak Allah itu, yang kepadanya diberi kuasa dari Allah Bapa dengan bukti berbagai mujizat selama 33 tahun pelayanannya, kemudian di masa-masa sengsaranya sama sekali tak berdaya. Seharusnya, dengan kuasa yang ada dan belum dicabut tersebut, Dia mampu melawan dan langsung menang terhadap orang-orang berkuasa lainnya yang mau membunuhNya. 

Disinilah titik pentingnya dari strategi kalah-menang. Orang yang mengalah bukan orang yang sama sekali lemah dan tak punya power, otoritas atau kekuasaan. Justru orang yang mengalah adalah orang yang memiliki kekuasaan dan kemampuan untuk menang tapi tidak menggunakan kekuasaan dan kemampuannya tersebut.  Yesus punya kuasa untuk menang, namun tidak menggunakan kuasa yang ada padaNya.

Sampai pada titik ini. Kita mengkin berpikir bahwa hal mengalahnya Yesus merupakan sebuah skenario dari Allah. Merupakan perkenanan Allah Bapa. Merupakan penggenapan nubuat, sebagaimana nubuatan kitab-kitab Perjanjian Lama seperti Kitab Mazmur, Yesaya, Zakaria dan Mikha. Benar demikian, dan justru disinilah sifat pertama dari karakter “mengalah” Yesus, yaitu mengalah dalam pengertian tunduk pada skenario atau perintah BapaNya.

Sengsara, kematian hingga kebangkitan Kristus merupakan penggenapan nubuat demi terwujudnya misi karya agung dan kasih  Allah untuk manusia dan dunia yaitu penebusan dosa dan penyelamatan manusia. Karena misi itu mampu dilakukan Yesus, maka Dia disebut juga Sang Juruselamat Dunia. Juruselamat yang menyelamatkan dunia dengan mengalah, rela mati namun menang ketika bangkit !!!

Kisah Yesus yang “kalah untuk menang” sesunggunya juga, merupakan sebuah teladan tentang kemampuan mengendalikan egoisme dari seorang yang punya Kuasa. Mengendalikan diri, merendahkan diri dan kemudian mampu mengampuni, ketika dalam deritanya di atas kayu salib Dia berdoa untuk mereka yang menyalibkan Dia:  “Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat“.

Dengan demikian kita sampai pada kesimpulan bahwa  karakter mengalah untuk menang dalam peristiwa Jumat Agung dan Paskah Kristus meliputi mengalah dalam pengertian tunduk pada perintah Allah, mengalah dengan tidak menggunakan kekuasaan, mengalah dari egoisme diri dan merendahkan diri, hingga  mengalah dengan mengampuni.

Makna Paskah dalam Gumul Covid-19

Bukan kebetulan, perayaan minggu-minggu sengsara, Jumat Agung dan Paskah bagi umat Kristen bertepatan dengan gumul masyarakat dunia akibat pandemi Coronavirus disease (COVID-19) atau Covid-19.  Bagaimana relevansi karakter atau gaya hidup mengalah untuk menang dalam menghadapi pandemi global tersebut ?

Mengalah dengan membiarkan  Covid-19 menginfeksi seluruh penduduk bumi tentu saja bukan pilihan. Sejak diciptakan, manusia telah diberi mandat untuk berkuasa atas ciptaan lainnya. Hikmat dan pengetahuan telah dianugerahkan kepada manusia Homo sapiens. Tinggal bagaimana anugerah itu kita kelolah dalam menghadapi tantangan hidup.

Dalam perspektif ilmu pengetahuan, Virus hanya mampu dilawan dengan antivirus plus sistem kekebalan tubuh manusia. Tidak ada perang terbuka antara manusia dengan mahluk mikro ini yang berpotensi dimenangkan manusia, sekalipun setiap manusia punya sistem kekebalan tubuh. Transmisi antar manusia demikian mudahnya terjadi melalui kontak bahkan melalui udara dalam jarak tertentu. Karenanya strategi yang dianjurkan oleh WHO dan Pemerintah adalah mengalah untuk menang melawan Covid-19. Yah, mengalah dengan diam #dirumahaja.

Butuh kemampuan melawan egoisme diri, yang terbiasa bebas lalu lalang lintas rumah, desa, kota bahkan negara. Egoisme, Seremoni, Kultur dan Sakralisme institusi yang dikendalikan manusia, termasuk intitusi keagamaan harus mengalah. Work From Home dan Stay At Home hingga Worship At Home.

Yah, harus mengalah dengan tinggal di rumah saja. Kerja di rumah saja. Bahkan ibadah bukan di gedung gereja, tapi dari rumah saja. Jika hal itu tidak dilakukan maka kita berpotensi terjangkit Covid-19 dan berpotensi kalah…

Dirumah saja, mengalah tunduk pada perintah penguasa, sekalipun kita punya kuasa dan kehendak bebas (free will) untuk tetap di luar rumah. Meski kita punya kuasa menjadi oposisi untuk melawan.

Dirumah saja sambil merenung mungkin juga selama ini disaat jabat tangan belum dilarang kita tak mau mengalah keluar rumah untuk sebuah insiatif berdamai sambil jabat tangan dan rangkul erat saudara kita.

Dirumah saja adalah sikap mengalah untuk menang melawan Covid-19. Yah, mengalah untuk menang sebagaimana Yesus yang mengalah sampai mati namun akhirnya menang melawan maut. Mengalah untuk menang masih relevan untuk dunia yang butuh perdamaian.

Selamat merayakan Paskah, selamat mengalah #DirumahAja untuk menang melawan Covid-19, sambil berdoa badai Covid-19 pasti berlalu segera di 2020....

Tondano, 11 April 2020

Jumat, 30 Maret 2018

Darah, Dosa dan Pengampunan


Di Bukit Kalvari…
Darah itu mengalir dari tubuh Dia Tuhan yang menjadi manusia tak berdaya….
Di Bukit Golgota
Darah itu mengalir dari tubuh Sang Korban Penghapus Dosa…
Di Bukit Tengkorak…
Darah itu mengalir mengiring hembus nafas terakhir Sang Juruselamat…

Yah… Darah itu….
Tanda kasih Sang Khalik…
Pertanda pengorbanan…
Bukti tebus DOSA para pendosa !!!
Sebab tiada kasih tanpa pengorbanan
Tiada penebusan tanpa kasih dan pengorbanan…


Kini…Adakah mereka yang Kau tebus lunas berlaku kudus
N`tuk hargai darahMu Sang Penebus ???

Oh Penebus…. Kami mengaku….

Kini…. kami yang Kau tebus itu…
Sedang berdiri di bukit kesombongan dan keangkuhan
memeluk mesra ego, menepis empati tak berhati
Angkuh tanpa rasa, tanpa peduli, tanpa maaf…
Persetan dengan yang lain !!!
Aku adalah aku… mereka adalah mereka…

Tuhan… Kami mengaku…
Kini ….kami berdiri di Bukit  Kemewahan bertabur harta, Emas Permata
Nikmati senang dunia karena harta
Nikmati asyiknya bermain harta..
Korbankan sesama untuk harta ….
Gadaikan salib demi harta berbumbu cinta.…

Tuhan … Kami mengaku…
Kini … kami duduk di kursi empuk istana di bukit kekuasaan …
Nikmati empuk kursi raja yang kami rebut penuh kecurangan
Nikmati asyiknya berkuasa anggap hina rakyat jelata
Nikmati kekayaan karena jabatan …..
tak peduli halal atau haram..

Tuhan …. Kami mengaku….
Kini …. kami membangun keluarga di bukit kepalsuan cinta…
Bangun keluarga dalam sakralnya prosesi dan mewahnya pesta
Namun … lihatlah
Kini …. ego kalahan cinta memutus ikatan sakral itu….
Buah hati terlantar kehilangan kasih sayang
terbiar dan terbuai dan jatuh dipeluk narkoba dan nikmatnya godaan dunia
Ada berontak disana sini…. Ada durhaka disana sini…
Tiada doa dalam rumah, yang Kau harap jadi Gereja kecilMu
Tiada damai dalam keluarga, yang Kau harap jadi saksi KebangkitanMu

Tuhan…
Darah suciMu terbuang percuma…
meski kami berlagak kudus dalam jamuan kudus,
meneguk anggur hayati korban darahMu
Tubuhmu… kami siksa dengan tajamnya tombak dosa dan durhaka kami…
            Meski kami turut  mengunyah roti tak beragi simbol siksa tubuhMu
dalam sakralnya meja perjamuan…
SalibMu patah kami campakkan…
bahkan… hangus terbakar tersulut panasnya api dosa …
Kubur kosong itu hanya sekedar ornamen Paskah,
objek wisata tanpa makna, tanpa nilai seperti kosongnya hati kami….!!!

Tuhan…
Maukah Engkau datang lagi untuk kami salibkan biar bebas kami dari dosa ???
sambil  kami teriakan kata:
Salibkan Dia !! Salibkan Dia !!!

Ataukah …. kami yang harus salibkan diri… ???
Salibkan ego, keangkuhan, kesombongan diri…
Salibkan amarah, ketamakan, iri, dan dengki

Tuhan…sudikah Engkau ampuni dan baharui kami  ???
Hingga kami pulih dan layak di tahta kudusMu…
Hingga kami boleh berdiri tegar dalam dekap Roh-Mu di bukit Kasih Karunia …..
dan siap jadi saksi kebangkitan dan kemenanganMu…

Tuhan ampuni dan baharui kami ……


Meidy Tinangon
            Seper Watu, Rinegetan, 1 hari jelang Jumat Agung 2018
            Kamis, 29 Maret 2018

D O A

Bibir komat kamit 
Mata menutup rapat 
Kepala tunduk tak berdaya 
Rasa dan pikir melayang ke arah sorga sana 
Singgasana Sang Khalik 

Sadar .... 
Raga dan jiwa ini ada Yang Punya 
Ada Dia yang sanggup bri hidup pun mengambilnya kembali 
Yang sanggup 'bri roti puaskan lapar pun air penyembuh haus... 

Sadar …. 
Ada Sang Khalik Pengatur Hidup... 
Yang siap dengar keluh kesah 

Tak perlu rayuan 
Tak perlu paksaan, apalagi rupiah... 

Hanya nurani tulus memohon 
Dalam renung khusuk 
Meski, tanpa nada tanpa suara 
Hanya hati yang bisikan kata 
Penuh pinta dan harap... 

Ucapkan 'amin' tanda yakin 
Untuk sebuah DOA.. 

Tondano, 26 Maret 2018





Jumat, 30 Maret 2012

Refleksi Paskah: "Kasih, Pengorbanan dan Kemenangan""

Paskah (bahasa Yunani: Πάσχα atau Páscha adalah perayaan terpenting dalam tahun liturgi gerejawi Kristen. Bagi umat Kristen, Paskah identik denganYesus, yang oleh Paulus disebut sebagai "anak domba Paskah"; jemaat Kristen hingga saat ini percaya bahwa Yesus disalibkan, mati dan dikuburkan, dan pada hari yang ketiga bangkit dari antara orang mati. Paskah merayakan hari kebangkitan tersebut dan merupakan perayaan yang terpenting karena memperingati peristiwa yang paling sakral dalam hidup Yesus (Wikipedia.org).

Dalam kepercayaan kristiani, peristiwa sengsara Yesus merupakan wujud kasih karunia Tuhan bagi kehidupan manusia yang dinyatakan dalam wujud pengorbanan di kayu salib. Dengan kasih karunia dan pengorbanan tersebut, manusia beroleh selamat dari dosa. Jadi manusia menang dari dosa karena kasih dan pengorbanan Yesus yang sampai mati di kayu salib.  Kemenangan itu semakin nyata ketika kubur tempat Yesus dibaringkan terbukti kosong. Yesus bangkit dan menang dari kuasa maut. Disinilah kita menemukan makna paskah bagi orang Kristen, yaitu kasih, pengorbanan dan kemenangan.

Persoalannya adalah, apakah kasih dan pengorbanan itu benar-benar teraktualisasi dalam kehidupan manusia dalam konteks kekinian ?